April 25, 2008 in Artikel
Pada suatu waktu, saya diberi tugas oleh seorang teman untuk membantu mengamati micro teaching pada sebuah pendidikan dan latihan (DIKLAT) yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru yang bekerjasama dengan POKJA PMPB Kota Banjarbaru dan LPMP Kalsel. Karena tugas ini dianggap tidak terlalu berat maka saya pun akhirnya menerima tawaran tersebut dan kemudian dilaksanakan dan dapat diselesaikan dengan baik.
Selama proses micro teaching berlangsung, banyak pengalaman baru yang saya dapatkan ketika itu. Di antaranya fenomena psikologis para peserta DIKLAT yang akan diuji. Mungkin anda pun heran, kok sudah mengajar –sudah lama menjadi guru—begitu lama, tapi tampaknya ketika akan dinilai oleh si pelatih masih ada bebarapa peserta me rasa “takut”, malu, gak PD, stress, gemetar dan lain-lain saat mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan tersebut. Mungkin menurut sebagian orang ini aneh tapi inilah kenyataannya. Barangkali memang karena kita gak terbiasa di evaluasi, diamati dan dikomentari orang lain, sehingga karena itulah muncul gejala-gejala tadi. Adanya kegiatan tersebut memang sangat bermanfaat untuk melatih diri untuk lebih PD dalam mengajar. PD dalam arti yakin akan kemampuan (kompetensi) dan yakin akan profesinya.
Fenomena kedua yang saya amati adalah tidak bervariatifnya metode atau model pembelajaran yang dilakukan. Dari 9 (sembilan) orang guru yang saya amati sekitar 80 % yang menggunakan metode yang sama. Ya tentunya hal ini sangat membosankan, tapi itulah yang terjadi saat itu. Seakan-akan di dunia ini hanya ada dua atau tiga metode mengajar. Padahal bila kita mau jujur sangat banyak dan bervariatif metode mengajar yang telah disampaikan oleh para pakar pendidikan kita baik luar maupun dalam negeri.
Karena itulah tulisan ini sengaja dibuat untuk menjawab persoalan di atas, yakni beberapa metode pembelajaran untuk memperkaya pengetahauan para guru dalam memberikan materi kepada peserta didik nantinya. Banyak metode mengajar yang telah disampaikan oleh pakar, diantaraya yaitu (1) The Power of Two yaitu guru melemparkan masalahnya; masing-masing siswa berupaya mencari jawaban sendiri-sendiri; bertukar pikiran dengan teman sebelah; diambil jawaban yang mendekati kebenaran; siswa mempresentasekan jawaban; lalu dipilih jawaban yang paling benar. (2) Every one is a techer here yaitu guru memberikan bahan bacaan, siswa membaca sebentar; masing-masing siswa membuat pertanyaan dalam sebuah kartu; kartu diambil dan dibagikan secara acak kepada siswa; masing-masing membaca pertanyaan dan jawabannya secara bergantian; lalu siswa lain diberi kesempatan memberikan tanggapan. (3) Critical Incident yaitu siswa mengingat dan mendiskripskan pengalaman masa lalu yang menarik dan berkaitan dengan pokok bahasan; siswa lain mengulas dan memberikan solusi (deskripsi tidak harus dengan lisan, bisa juga dengan tertulis).
(4) Snowballing yaitu guru melempakan masalah; masing-masing siswa berfikir; diskusi dengan teman sebelah; diskusi dengan teman sebangku lain; dibagi menjadi dua kelompok besar; masing-masing kelompok presentase. (5) Card Sort yaitu motivasi dari guru; bagi kartu kosong secara acak; guru mencari kata kunci di papan; siswa mencari kata sejenis (satu tema) dengan temannya; diskusi kelompok berdasarkan temanya; menyusun kartu di papan dan masing-masing kelompok mempresentasekan hasilnya. (6) Information Search yaitu guru menentukan topik, membagikan teks (materi Pelajaran); siswa membaca secara berkelompok; guru memberikan pertanyaan untuk dijawab siswa; kelompok siswa membuat jawaban; presentase. (7) Learning Start with Question yaitu guru membagikan teks yang relatif baru (asing); siswa membaca secara kelompok (minimal 2 org); mengutarakan isi bacaan sesuai yang dipahami; siswa yang lebih memahami materi memberi jawaban dan tanggapan. (8) Team Quiz yaitu guru membentuk tiga kelompok; tugas secara bergantian untuk membuat soal, jawaban dan penilaian; buat skor; masing-masing jawaban tiga kelompok (cocok untuk pendalaman pada pertemuan akhir untuk evaluasi).
(9) Debat Aktif yaitu guru membentuk dua kelompok; mengemukakan permasalahan yang kontroversial; siswa mempersiapkan argumentasi; berdebat saling membuat pertanyaan dan tanggapan. (10) Brainstorming yaitu menentukan topik; siswa mencurahkan pendapat, ide, dan gagasannya; guru menulis dan menginventarisasi; pendapat yang ada di seleksi dan diambil yang benar. (11) Elitasi yaitu menentukan topik; siswa mencurahkan pendapat; ide, gagasannya; guru menyeleksi dan menulis di papan tulis. (12) Mind Mapping : Guru membagikan bacaan sesuai pokok bahasan; siswa mencari kata-kata kunci; siswa membuat skema (peta konsep); presentase, menjelaskan hubungan antarkonsep yang ada. (13) Role Playing yaitu guru mengangkat berita aktual yang terkait dengan pokok bahasan; menunjuk dua orang untuk memerankan karakter tokoh yang berbeda; keduanya berdialog; peserta lainnya mengamati; guru meminta pemeran untuk menceritakan perasaannya; guru meminta komentar siswa lainnya (M. Nurdin, 2004: 104-110 dalam Suparlan, 2006,,hlm 47-49).
Demikian beberapa metode pembelajaran di atas, dengan harapan bahwa para guru nantinya tidak lagi monoton dalam menyampaikan materi pelajaran di sekolah. Penerapan berbagai metode ini akan sangat membantu siswa untuk memahami sebuah materi yang diberikan. Hal ini beralasan karena pada dasarnya siswa tidak terlalu suka pada sesuatu yang monoton dan statis, sebaliknya siswa lebih suka akan kedinamisan dan perubahan. Mungkin karena ia “takut” sehingga cara atau metode belajar apa pun yang digunakan oleh guru siswa tidak pernah protes.
Harapan kedua adalah sikap kita terhadap inovasi pendidikan haruslah lebih terbuka, arif dan bijaksana dan tidak menutup diri. Jika ada informasi tentang metode, model, pendekatan, strategi pembelajaran yang baru, maka seharusnyalah kita terima dengan tangan terbuka, sehingga hasil pembelajaran yang kita hasilkan bisa lebih baik. Sebaliknya, peserta didik pun dapat memaksimalkan potensi dirinya melalui berbagai metode, model, pendekatan dan strategi yang kita terapkan tadi.
NN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar